Selasa, 14 April 2009

Anger Management

Amarah, dapat disebabkan oleh banyak hal. Entah karena disebabkan oleh pihak luar, misalnya rekan kerja kita wanprestasi, dikhianati, dicurangi, dll. Sebab lain adalah masalah internal diri kita, yang tergolong sumbu pendek.

Marah merupakan reaksi dari suatu kondisi dan cenderung menimbulkan tindakan-tindakan pelanggaran. Marah adalah titik didih hati dan pergolakan jiwa untuk melakukan tindakan pembalasan. Apabila factor-faktor menyebabkan muncul, rasanya sulit bagi seseorang mencegah dirinya dari marah dan mengekangnya.

Hakikat marah adalah sebuah pergerakan nafsu untuk diekspresikan keluar tubuh. Tujuannya adalah pembalasan (dendam). Marah merupakan aluri yang terdapat dalam jiwa manusia, meski ia memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Marah yang perlu diredam adalah marah yang keluar karena hawa nafsu, sedangkan marah karena Allah swt merupakan hal yang baik, bersumber dari nilai keimanan, bukan bersumber dari hawa nafsu atau perkara-perkara duniawi.

Marah ada 2 macam:
1. Marah yang terpuji yaitu marah yang semata-mata karena Allah swt, Rasul-Nya, dan agama. Seperti marah karena adanya pelanggaran terhadap perintah-perintah Allah atau adanya perbuatan maksiat yang dilakukan.

2. Marah yang tercela yaitu marah yang timbul karena dorongan nafsu, atau adanya kepentingan pribadi yang terhalangi.
Marah mangakibatkan terjadinya perubahan fisik dan jiwa. Dampak fisik dari marah adalah berubahnya warna kulit, gemetar di sekujur tubuh, terutama tangan, serta timbulnya tindakan-tindakan yang tidak terkendali.

Marah yang paling berbahaya adalah marah yang dipicu dengki seorang yang tidak mampu meluapkan amarahnya, karena orang yang membuat ia marah lebih kuat dari dirinya misalnya, akan membuat dirinya selalu dengki kepadanya.

Amarah manusia muncul karena adanya dorongan agresif yang lazim disebut dengan istilah human agressive. Dorongan rasa marah ini bisa saja muncul karena sesuatu terjadi di luar dugaan atau di luar perhitungan. Harapan yang tinggi sementara kenyataannya tidak demikian juga bisa menyebabkan kekecewaan dan dapat memicu rasa marah.

Secara garis besar dorongan marah itu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor internal (dari dalam diri). Ada konflik internal yang tidak bisa terselesaikan dan akhirnya keluar dalam bentuk marah. Misalnya Anda merasa gusar karena tak bisa bangun pagi sehingga selalu terlambat rapat dengan klien. Kedua, faktor eksternal. Misalnya, ada provokasi dari luar.
Apapun penyebabnya, internal atau eksternal, marah merupakan emosi yang tersalur melalui sinyal pengantar syaraf atau neurotransmitter, pada sel-sel syarat pusat otak. Sinyal ini diteruskan ke kelenjar endokrin suprarenalis penghasil hormon adrenalin. Akibatnya tekanan darah naik. Mukanya menjadi merah, jantung berdebar-debar kencang mengikuti peningkatan hormon adrenalin tadi.

Biasanya dorongan untuk marah muncul untuk survival, atau mempertahankan hidup. Orang tidak akan diam saja manakala dirinya diserang atau diperlakukan tidak adil oleh pihak lain. Secara refleks akan timbul sikap mempertahankan diri, atau yang kita sebut defense mechanism.

Marah sering dianggap sebagai emosi yang negatif sebab marah membangkitkan toksin yang meracuni emosi, dan dapat memunculkan tindakan yang berdampak negatif, seperti melukai orang lain. Tapi marah tidak selalu itu buruk. Bila seseorang diperlakukan tidak baik, dan dia menunjukkan reaksi marah, itu dianggap sebagai hal yang wajar. Marah bisa dinilai positif ketika perasaan itu muncul saat melihat seseorang diperlakukan tidak adil, atau menimbulkan rasa ingin menolong. Artinya rasa marah itu bisa mendorong seseorang melakukan hal yang positif atau yang dianggap baik.

Ketika amarah diekspresikan secara destruktif (memaki, memukul, atau merusak barang), maka marah menjadi emosi yang buruk. Lepas kendali dapat memicu perasaan frustasi, bingung, dan tidak berdaya. Banyak gangguan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh marah yang tidak terkendali. Hasilnya antara lain ketegangan di lingkungan kerja atau kekerasan dalam rumah tangga. Ekspresi marah ini juga dituding memicu kriminalitas, bahkan konflik internasional.

Marah akan berdampak buruk bila diungkapkan secara agresif dan berlebihan. Lebih buruk lagi bila yang bersangkutan tidak menyadari dirinya melakukan hal yang negatif.

Karena itu sebaiknya amarah dikeluarkan dengan syarat:
1. Marah haruslah karena alasan yang tepat, bukan karena faktor subyektif. Banyak kasus kemarahan timbul di lingkungan keluarga. Misalkan suami marah secara berlebihan karena merasa tidak dihargai oleh istrinya, padahal hanyalah pandangan subyektif sang suami.

2. Marah haruslah terkendali. Marah yang membabi buta, bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Marah juga bisa berdampak negatif pada diri sendiri atau pada diri orang lain ketika yang bersangkutan tidak secara jujur mengakui rasa marahnya, atau memendam amarah. Marah yang tidak dikeluarkan bisa menyebabkan sakit kepala, nyeri punggung, mual, bahkan depresi. Mereka yang suka meremehkan, mengkritik, dan berkomentar sinis terhadap orang lain biasanya adalah orang yang tidak terbiasa mengekspresikan kemarahannya.

Sebetulnya rasa marah itu bisa dikelola. Sebagai makhluk yang beradab, manusia tentu mempunyai mekanisme pengendalian diri. Ada orang yang mampu meredam marah tapi ada juga yang tidak bisa. Kalau pengendalian dirinya lemah, maka bisa terjadi agresivitas, dimana kemarahan secara fisik maupun verbal keluar membabi buta. Tapi orang sudah terlatih untuk bisa sabar, mekanisme internal di dalam dirinya bisa meredam emosi yang meletup-letup dan tidak terpancing untuk bertindak agresif.

Manajemen marah ini dilakukan dengan mengedepankan rasio dari pada emosional. Seseorang yang mampu mengelola amarahnya berarti melakukan mekanisme rasionalisasi dalam tubuhnya. Mekanisme ini mengantarkan pola pikir yang sifatnya positif sehingga bisa meredam konflik atau emosi. Tapi rasionaliasasi ini tidak muncul begitu saja, butuh kemauan, upaya dan latihan yang keras.

Dalam berbagai kasus, seseorang yang terbiasa marah secara agresif bisa dilatih untuk mengendalikan emosi. Caranya dengan mencari penyebab munculnya letupan marah tersebut. Misalnya pada kasus dimana rasa marah muncul untuk menutupi rasa kurang percaya diri, terapi yang dilakukan terlebih dahulu difokuskan pada upaya membangkitkan rasa percaya diri.
Sebetulnya melatih diri mengelola amarah merupakan hal yang memang patut dilakukan, terutama untuk meningkatkan kualitas diri. Sekarang ini kualitas manusia tidak hanya ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient), tapi juga oleh EQ (Emotional Quotient).

Mungkin masih banyak faktor lain yang menyebabkan seseorang mudah sekali marah.
Yang perlu dilakukan sekarang adalah bagaimana kita bisa mengontrol kemarahan kita, Anger Management. Jika kita marah akan sesuatu, sangat tidak masuk akal untuk melibatkan yang lain yang sebenarnya tidak ada urusan dengan kemarahan kita.

Karena tidak ada sekolah yang mempelajari Anger Management (mungkin ada buku yang membahasnya), maka sebaiknya dari tiap individu secara sadar mempelajarinya sendiri. Paling tidak ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan mengapa kita perlu Anger Management:
1. Faktor Finansial. Marah memerlukan energi yang tidak sedikit (saya tidak tahu nilai pastinya), tapi yang pasti cukup untuk bisa membuat seseorang jadi mengantuk atau lapar. Maka untuk kembali ke performa maksimal orang itu harus istirahat atau makan lagi, jelas butuh biaya apalagi buat anak kos yang anggaran uang makannya sangat ketat.

2. Faktor Produktifitas.Karena marah memerlukan energi yang cukup banyak, kemarahan hanya akan membuat konsentrasi kita jadi kacau. Hal ini disebabkan kita harus memberi perhatian lebih kepada sesuatu yang membuat kita marah, memikirkan bagaimana cara marahnya, kata- kata apa yang mau diucapkan, bagaimana tindakan setelah marah, dan masih banyak lagi yang harus dipikirkan. Jelas tidak produktif.

3. Faktor Sosial. Kemarahan tentu bukannya membuat kita senang terhadap sesuatu atau seseorang, tapi sebaliknya. Hal ini bisa menjadi feedback yang kurang enak karena orang lain bisa jadi marah balik dengan kita, padahal sebenarnya tidak ada apa-apa. Jelas merusak hubungan sosial.

4. Faktor Keberuntungan. Karena kemarahan kita bisa membuat orang lain juga marah dengan kita, hal ini bisa menghilangkan keberuntungan kita. Orang lain itu bisa saja membatalkan niat baiknya (misal hendak membelikan kita es teller), karena sebelum sempat ia menyatakan niatnya kita sudah keburu marah. Jelas tidak beruntung.

5. Faktor Keamanan. Karena marah mungkin melibatkan orang lain, sangat dimungkinkan kemarahan menimbulkan pertikaian seperti, kata- kata kasar, membenci, atau bahkan menjitak! Jelas tidak aman sama sekali untuk ketenangan hidup.

6. Faktor Religious. Ditinjau dari faktor ini kemarahan hanya menambah daftar amal yang tidak baik (dosa). Karena seperti ditulis di atas, kemarahan kita bisa memicu orang lian ikut- ikutan marah, kita telah berperan membuat orang lain jadi melakukan perbuatan yang tidak terpuji maka dosa kita dobel. Lalu bisa membuat orang lain membatalkan niat baiknya, padahal niat baik akan mendatangkan pahala-insyaAllah, maka kita telah menutup kesempatan mulia orang itu. Kemudian marah bisa menimbulkan pertikaian yang tentunya melibatkan 2 orang atau lebih, ini jelas membuat kita maupun orang lain jadi melakukan hal yang tidak baik, misal mengumpat menyumpahi, bahkan menjitak (lagi), sehingga dosa kita dobel (lagi).

7. Faktor Kesehatan. Belum lagi dari faktor kesehatan, karena kemarahan membutuhkan energi, sel-sel orang yang marah terutama di daerah wajah akan berkontraksi lebih keras (karena jarang sekali kan orang marah dengan senyum bahkan tertawa). Sering marah menyebabkan sel-sel daerah wajah menjadi lelah, maka rawatlah wajah dengan Biore Scrub setiap hari, padahal sel-sel wajah tidak semestinya melakukan kerja keras seperti sel-sel kaki. Sehingga akan terjadi apa yang sering disebut penuaan dini, di mana wajah terlihat tidak bercahaya, lemah, letih, lesu, dan tidak bergairah. Meminum air putih yang cukup bisa menjadi salah satu terapi. Dari sekian faktor mungkin faktor kesehatan adalah yang paling mendapat perhatian karena orang-orang lebih memperhatikan penampilannya.

2 komentar:

Hamba 4JJ I mengatakan...

Saya hanya mengomentari ttg jenis marah yaitu marah yg baik dan tidak baik. Manusia itu terbagi atas 3 hal yaitu: jasad, jiwa dan roh. Ketika orang dalam keadaan marah itu karena jiwa yang memerintahkan. Jiwa dalam pengertian disini itu sama dengan nafsu. jadi, menurut saya, tidak ada marah yang baik, tp yang ada itu marah yang terkendali.

adairnaegele mengatakan...

Harrah's Las Vegas Hotel & Casino - MapyRO
Find Harrah's Las Vegas 창원 출장마사지 Hotel 여수 출장안마 & Casino locations, rates, amenities: expert 강원도 출장안마 Las 울산광역 출장샵 Vegas research, only at Hotel and Travel Index. 김천 출장안마